Usulan Pajak Kendaraan Listrik Merusak Kebiasaan Mengemudi yang Cerdas

39

Pajak kendaraan yang akan datang untuk mobil listrik, seperti yang diusulkan saat ini, berisiko membuat frustrasi pengemudi yang sudah menggunakan kepemilikan kendaraan listrik (EV). Meskipun konsep pajak per mil masuk akal, desain sistem yang diusulkan gagal memperhitungkan pendekatan inovatif dan berbasis digital yang telah dikembangkan oleh pengemudi kendaraan listrik untuk memaksimalkan efisiensi dan meminimalkan biaya.

Pergeseran ke EV dan Harapan Perpajakan di Masa Depan

Penggunaan kendaraan listrik semakin meningkat, dan banyak pengemudi memahami bahwa beberapa bentuk perpajakan pada akhirnya akan menggantikan bea bahan bakar. Namun, sistem perpajakan yang diusulkan masih belum mampu memanfaatkan peluang yang diberikan oleh pengalaman berkendara kendaraan listrik modern. Alih-alih memanfaatkan teknologi untuk mendorong berkendara yang lebih cerdas, hal ini justru memperkenalkan proses yang tidak praktis dan tidak perlu.

Praktik Saat Ini dalam Kepemilikan Smart EV

Pengemudi Smart EV secara aktif berpartisipasi dalam ekosistem digital yang berfokus pada optimalisasi biaya. Hal ini lebih dari sekedar mengisi daya di malam hari untuk mendapatkan keuntungan dari tarif listrik yang lebih rendah.

  • Tarif Cerdas: Layanan seperti “Intelligent Octopus Go” menawarkan tarif yang sangat rendah ketika energi terbarukan melimpah.
  • Peringatan Dinamis: Jaringan pengisian daya secara proaktif memberi tahu pengemudi tentang tarif dan ketersediaan yang menguntungkan.
  • Penyeimbangan Jaringan Listrik: Di masa depan, kendaraan listrik bahkan dapat berkontribusi pada stabilitas jaringan listrik, sehingga pemilik dapat menerima pembayaran untuk sementara waktu menyediakan energi kembali ke jaringan listrik.
  • Integrasi Tenaga Surya: Pemilik kendaraan listrik dengan panel surya dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan biaya pengisian daya secara signifikan.

Mengapa Sistem Perpajakan yang Diusulkan Meleset dari Sasaran

Inti masalahnya terletak pada metode pembayaran yang diusulkan: pengemudi akan membayar perkiraan jumlah di muka dan kemudian mencoba mengklaim pengembalian dana untuk setiap miles yang tidak terpakai. Pendekatan ini bertentangan dengan sifat dinamis dan responsif dari berkendara EV yang cerdas.

  • Kurangnya Insentif: Sistem tidak memberikan insentif untuk mengemudi di luar jam sibuk, menggunakan tarif yang lebih murah, atau meningkatkan efisiensi berkendara.
  • Kompleksitas yang Tidak Perlu: Proses pembayaran di muka dan pengembalian dana menambah kompleksitas dan frustrasi pada sistem yang seharusnya sederhana dan mudah.
  • Peluang yang Hilang: Daripada mendorong praktik berkelanjutan, sistem ini justru mengabaikan potensi kendaraan listrik untuk berkontribusi pada jaringan energi yang lebih fleksibel dan terbarukan.

Pendekatan yang Lebih Baik: Merangkul Teknologi

Alasan pemerintah menerapkan sistem ini—untuk menekan biaya dan menghindari persepsi pelacakan terus-menerus—dapat dimengerti. Namun, usulan yang ada saat ini merupakan instrumen yang tumpul.

Bahkan tol, dengan tarif yang bervariasi berdasarkan arus lalu lintas, akan menawarkan pendekatan yang lebih cerdas.

Pada akhirnya, sistem perpajakan yang lebih efektif akan:

  • Integrasikan dengan jaringan pengisian daya pintar.
  • Tawarkan tarif variabel berdasarkan waktu dan kondisi jaringan.
  • Hadiahi kebiasaan mengemudi yang efisien.

Sistem yang ada saat ini menunjukkan hilangnya peluang untuk membangun sistem perpajakan yang tahan terhadap masa depan, selaras dengan dinamika kepemilikan kendaraan listrik yang terus berkembang dan transisi yang lebih luas menuju masa depan energi berkelanjutan. Kegagalan memanfaatkan alat digital dan data yang tersedia akan berisiko mengasingkan pengemudi kendaraan listrik dan melemahkan adopsi kendaraan listrik secara lebih luas